January 20, 2017

Kelas Sosial dalam Sepiring Ayam Geprek. Kamu Level Berapa Nih?

Gambar: Ayam Saos Lada Hitam, dok.pribadi


Siapapun yang merasa sebagai penggemar rasa pedas, mestinya tahu makanan yang satu ini.
Nggak tahu? Sayang sekali, karena makan ini terlalu nikmat jika untuk dilewatkan. Kenikmatan hakiki, kalau kata beberapa orang.

Ayan geprek, memang sudah (sangat) familiar di telinga. Terlebih lagi, sekarang, banyak gerai makanan yang menjadikan ayam geprek sebagai menu andalannya. Sebut saja Ayam Geprek Bu Rum yang digadang-gadang sebagai pelopor kepopuleran ayam geprek di Jogja. Cabangnya pun sudah banyak. Akan tetapi, tetap saja, spot favoritnya adalah warung tenda sederhana yang terletak di daerah Papringan.

Tak jauh, ada juga Ayam Geprek Bu Nanik yang biasa disajikan dengan kuah tongseng. Semakin menambah kenikmatan duniawi bukan?

Oya, jangan lupakan pula PREKSU yang diam-diam sudah melebarkan sayap barunya di daerah Deresan, setelah di daerah Colombo dan Pandega. Tiap jam makan siang selalu ramai. Tak jarang pengunjung harus menunggu terlebih dahulu demi sepiring ayam geprek keju, yang katanya enak-enak gimana gitu. Cobain aja!

Lalu, ada Ayam Saos Pedas yang lebih sering disebut ASP. Penyajian ayam gepreknya agak berbeda karena dimasak dengan berbagai macam saus. Misalnya saja saus lada hitam, cabai hijau, original, dan lainnya.

Salah satu hal istimewa dari gerai makanan ayam geprek ini adalah bisa mengambil nasi sepuasnya. Iya, sepuasnya. Dalam arti, ya bebas mau ambil nasi sebanyak apapun. Mau nasi setengah piring atau sepiring penuh nasi yang menggunung pun boleh! Bayarnya sama kok!

Wah, sungguh kabar menggembirakan bagi siapapun yang ingin makan kenyang namun ternyata dompet sedang meringis. Pantas saja gerai makanan ini selalu dipenuhi oleh pelajar dan mahasiswa, yang rata-rata kantongnya terbatas.

Selain nasi-ambil-sepuasnya, level kepedasan juga turut menjadi hal yang menarik untuk diulas. Sebab, tanpa sadar, adanya tingkatan atau level ini tersirat adanya sebuah kelas sosial.
Aduh, bahkan penggemar ayam geprek pun ada kelas sosialnya! Ya iyalah, kan level kepedasan sepiring ayam geprek ditentukan sendiri oleh pembelinya. Ketahuan dong, siapa saja yang doyan makan makanan pedas?

Biasanya level kepedasan ini berkisar dari angka satu hingga sepuluh. Namun, ada juga kaum minoritas yang memilih memesan ayam geprek cabai nol. Alasannya, karena tidak kuat makan makanan pedas.

"Eh, tunggu dulu. Cabai nol?"
Iya, berarti tidak memakai cabai sama sekali. Ayamnya hanya digeprek saja. Jadi deh
Sungguh rugi sekali kaum ini, gumam para penggemar rasa pedas. 
"Yah, gimana lagi, cabai nol saja kadang suka kepedasan!" bela kaum ini. Kesal juga karena suapannya terganggu.
"Terus, kenapa makan ayam geprek?"
"Pengen nyobain aja rasanya gimana," akunya tanpa dosa. Ya ampun!

Hebat banget ya pesona ayam geprek. Bahkan sampai membuat orang-orang yang tidak kuat rasa pedas ini rela mencicipi sensasi pedasnya!

Tapi, tetap saja, memesan ayam geprek cabai nol adalah suatu kerugian. Dilema. Di satu sisi, mereka ingin mencoba sensasi pedasnya ayam geprek. Tapi, di sisi lainnya, ada anggota tubuh mereka yang melarangnya makan makanan pedas.

"Ya pantes lah kerasa pedes. Kan ayamnya digeprek di cobek (piring dari batu yang biasa dipakai untuk mengulek cabai, -red) yang sama,"
"Eh, iya juga sih," yang ditanya hanya cengengesan, lalu melanjutkan suapannya. Dasar. 

Kadang, ada sebuah doa terselip bagi mereka yang (ngakunya) anti makanan pedas tapi tetap saja menikmati ayam geprek.
Ya, siapa tahu, suatu saat nanti akan setia dengan makanan pedas. Yang diam-diam sambat juga kenapa harga cabai mahal. Hehe.

Lalu, ada level 1-5 yang sering dianggap sebagai level pemula. Biasanya, orang yang memesan level ini, biasanya lho, lebih mengutamakan kenikmatan sesaat. Maksudnya, makan ya makan aja, nggak perlu pakai sensasi kepedasan. Toh, yang penting masih dapat sensasi pedasnya, kan?

Eh, ada juga lho orang yang memang tidak kuat makan pedas, namun dengan gagah berani mencicipi level pemula ini. Walaupun, ujung-ujungnya suka meringis karena kepedasan sih.
"Gapapa deh, yang penting udah nyobain," hiburnya sambil memegangi perutnya. Mulas!

Ada lagi level 6-10 atau level menengah. Biasanya orang-orang yang memesan level ini adalah mereka yang memang ingin menikmati sensasi pedas. 
"Duh, lagi pengen yang pedes-pedes nih," akunya.

Ya, walaupun di tengah-tengah suapan, wajahnya memerah dan mulutnya megap-megap seperti ikan koi. Keringat pun bercucuran, bak cacing kepanasan. Kadang, muncul juga ingus di hidungnya.
Meskipun demikian, kaum menengah ini masih bisa melanjutkan suapannya lho! Habis, tanpa sisa. Cuma mungkin, minumnya seperti sapi digelonggong saja. Satu gelas langsung habis dalam sekejap. Kembung dong?

Namun, terkadang, beberapa gerai makanan sering menambahkan charge jika memesan lebih dari level 5. Tak apalah, demi sebuah kenikmatan hakiki.
"Yah, cuma nambah seribu doang sih. Lagian harga cabe, kan, lagi mahal," akunya.

Lalu, terakhir, ada lagi level expert atau di atas level 10. Sungguh, kaum yang menganut level ini adalah penggemar makanan pedas sejati. Tapi, apa perutnya nggak mulas ya? Jangan-jangan perutnya dari baja tuh.

"Mulas sih tapi ya disitu tantangannya," ungkap salah satu penganut level ini.
Rupa-rupanya, ada kenikmatan tersendiri jika berhasil memenuhi tantangan ini.
Tapi kok berasa Samyang Challenge aja ya? Coba ada Ayam Geprek Challenge, pasti pesertanya banyak banget tuh!

Ada juga yang mengatakan, "Nggak kerasa pedasnya kalau segitu (kurang dari sepuluh cabai, -red),"
Decak kagum memang pantas ditujukan kepada kaum ini. Mungkin sudah terbiasa ngemil cabai tiap hari kali ya?

Ngomong-ngomong, kamu ada di kelas yang mana?

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Commencez à taper et appuyez sur Entrée pour rechercher