December 28, 2013

Sekolah: Cari Ilmu atau Nilai?

Image by: Shutterstock
Hari ini Sabtu tanggal 28 Desember 2013. Menjelang akhir tahun, nih! Kabar baiknya liburan telah tiba *yeay tapi kabar buruknya yaitu terima rapor hasil semester 5 hehe. Siapa sih yang nggak deg-degan? Pasti, hampir semua (kecuali bagi mereka yang optimis dan hampir pasti dapat nilai bagus) siswa maupun siswi merasakan. Begitu juga saya, meskipun saya sok-sok nggak peduli. Alhamdulillah semester ini nilai saya meningkat drastis walaupun rankingnya nggak begitu diharapkan hehe. Bersyukur banget usahaku memperbaiki kesalahan di masa kelas 11 dulu berujung memuaskan. Bagaimana hasil rapor kalian? Semoga memuaskan juga ya!
Well, fenomena rapor ini tentu erat kaitannya dengan ranking. Bagi saya ranking itu nggak begitu penting. Mengapa? Ya, kesuksesan seseorang kan nggak ditentukan berdasarkan nilai maupun rankingnya. Bagi saya itu bonus hasil jerih payah kita selama belajar. Tapi mungkin bagi sebagian orang, ranking itu penting banget. Ada yang menganggap bahwa ranking itu menentukan tolak ukur 'kepintaran' sesorang. Ada juga yang menganggap bahwa ranking itu seberapa bagus nilai kita dengan nilai orang lain. Bagaimana pendapat kalian, guys?
Memang sejak SD saya berlomba-lomba mendapatkan ranking bagus dengan teman-teman. Entah ya, seperti ada kebanggaan tersendiri kalau bisa menduduki ranking tinggi. Tapi semenjak di SMA ini saya sadar, bahwa mendapat nilai TUNTAS itu nggak gampang. Saat SD maupun SMP bisa saja saya nggak belajar tapi ketika ulangan masih bisa dapat nilai di atas 80. Saat di SMA saya menyadari betul bahwa hanya belajar di dalam kelas itu nggak cukup. Harus belajar lagi di rumah atau ikut tambahan les. Apalagi di SMA ini saya disibukkan dengan banyaknya kegiatan. Memang banyak sekali pengalaman dan pembelajaran yang saya dapat di luar. Sayang, saya belum bisa membagi waktu jadi acara belajar pun terbengkalai. Jangan dicontoh ya hehe.
Tapi, dari 'kesalahan' tersebut saya menyadari bahwa sekolah itu bukan sekedar mencari nilai. Ya kadang miris saja melihat fakta ketika ujian banyak sekali teman-teman yang berbuat curang. Kadang saya berpikir, buat apa saya belajar semalaman suntuk jika hasilnya tak sebagus teman-teman yang tidak belajar namun selalu berbuat curang? Sebagai siswa SMA normal, saya juga pernah berbuat curang meskipun hanya sebatas tanya teman. Tapi ketika saya melihat hasil ulangan, tidak ada kebanggaan karena saya tahu saya tidak jujur mengerjakannya. Beda ceritanya ketika saya mendapat nilai yang 'pantas' dan saya tidak berbuat curang. So, guys jangan dibiasakan ya berbuat curang. Percuma dong kalian sekolah tinggi-tinggi dan saya kira dari perbuatan curang yang kecil ini bisa berujung ke akibat yang fatal. Korupsi, misalnya, berawal dari kecurangan kecil seperti mencontek dan berbohong. Buat yang udah kelas tingkat akhir segera tobat deh. Rugi banget kalau sampai ujian akhir kalian masih berbuat curang. Nggak akan dapat manfaat sekolah.
Kadang saya juga berpikir, mengapa ya di sekolah (terutama untuk siswa tingkat akhir) hampir selalu ditekankan NILAI. Memang apa sih nilai itu? Segitu pentingnya kah untuk SNMPTN Undangan? Saya kira ada banyak faktor yang mempengaruhi lolos/tidaknya seorang siswa dalam SNMPTN Undangan. Tidak hanya nilai saja. Memang sih nilai itu bisa jadi tolak ukur keberhasilan kita dalam belajar tapi apa itu penting? Bagi saya keberhasilan seseorang itu bergantung dengan keseriusannya dalam berusaha. Nggak hanya dari faktor materiil tapi juga nonmateriil. Kadang siswa terlalu diiming-imingi pemilihan jurusan yang 'beken' dan 'bergengsi' tapi buat apa kalau siswa itu tidak minat? Ada juga pandangan yang mengatakan kalau masuk universitas A itu membanggakan, universitas B prospek kerjanya luas, dsb. Apakah selalu begitu? Bagi saya tidak juga. Yang penting siswa itu minat dulu baru dipilihkan jurusan yang sesuai minatnya. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau orang yang bersangkutan terpaksa? Bukankah keterpaksaan itu bisa menghambat? Itu menurut saya, lho.
Saya pikir pola pikir sebagian besar masyarakat salah kaprah. Apalagi kalau pola pikir itu membuat sesorang minder dengan pilihannya bahkan mengubahnya. Bagi saya, pilihan itu yang menentukan diri sendiri bukan orang lain. Toh itu juga untuk masa depan kita sendiri bukan masa depan mereka. So, jangan minder deh dengan pilihan kalian. Percaya aja itu yang terbaik buat kalian. Kalau masih ragu ya baiknya berdoa, minta petunjuk kepada Allah SWT. Boleh juga meminta saran dari orang-orang terdekat supaya kalian lebih mantap untuk memilih. Dan yang terpenting ikuti kata hati kalian dan jangan mudah terpengaruh omongan orang lain. Because your future is on your hand not on their hand. Try to be consistent for your dream. GOOD LUCK!



NB: Doakan saya ya supaya di tahun 2014 nanti segalanya dipermudah oleh Allah. LULUS UN dengan nilai memuaskan, LOLOS masuk PTN sesuai jurusan pilihan, dan dilapangkan rezekinya. Aamiin.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Commencez à taper et appuyez sur Entrée pour rechercher